Kamis, 01 Maret 2018

MATERI GEOGRAFI X DASAR-DASAR PEMETAAN SIG DAN INDERAJA



PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN
Kompentensi  Dasar
3.2 memahami dasar-dasar pemetaan,pengindraan jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
4.2 membuat peta tematik wilayah provinsi dan/atau salah satu pulau di Indonesia berdasarkan peta rupa bumi
Tujuan pembelajaran :
·         Memahami pengetahuan dasar pemetaan
·         Mempraktekan penggunaan peta pada kehidupan sehari-hari
Kegiatan  1 : mengamati dan berimajinasi
Amati  rute perjalanan dari rumah ke sekolahmu ,kemudian buatlah mentalmap tersebut dalam bentuk denah. Berawal dari aktivitas tersebut  kalian akan memahami pengetahuan dasar peta.
A.    PETA DAN PEMETAAN
             I.   PENGERTIAN PETA
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Berikut beberapa pengertian peta dari para ahli.
1.      Menurut ICA (International Cartographic Association)
Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
2.      Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
3.      Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
4.       Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
                II.            FUNGSI DAN TUJUAN PEMBUATAN PETA
Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta, antara lain untuk:
1.      Menunjukkan posisi atau lokasi relative (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi.
2.      Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak – jarak di atas permukaan bumi.
3.      Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk – bentuk permukaan bumi sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta.
4.      Menyajikan data tentang potensi suatu daerah
5.      Mengkomunikasikan informasi ruang
6.      Menyimpan informasi
7.      Membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk kontruksi jalan, navigasi, atau perencanaan
8.      Membantu dalam pembuatan suatu desain, misalnyadesain jalan
9.      Menganalisis data spasial, misalnya perhitungan volume

             III.            MACAM – MACAM PETA
Macam – Macam Peta
1.      Ditinjau dari jenisnya
a.       Peta foto yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara atau ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda.
b.      Peta garis yaitu peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.
2.      Ditinjau dari skalanya
a.       Peta kadaster, berskala 1:100 s/d 1:5.000. Peta semacam ini terdapat di Departemen Dalam Negeri yang dipakai untuk menggambarkan peta – peta tanah dan peta dalam sertifikat tanah.
b.      Peta skala besar, berskala 1:5.000 s/d 1:250.000. Peta yang skalanya besar digunakan untuk menggambarkan wilayah – wilayah yang relative sempit, misalnya peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
c.       Peta skala sedang, berskala 1:250.000 s/d 1:500.000. Peta berskala ini digunakan untuk menggambarkan daerah – daerah yang agak luas, misalnya peta regional Jawa Tengah, peta Provinsi Maluku.
d.      Peta skala kecil, berskala 1:500.000 s/d 1:1.000.000. Skala seperti ini dipergunakan untuk menggambarkan daerah – daerah yang cukup luas biasanya berupa Negara, misalnya peta Republik Indonesia Tahun 2005.
e.       Peta skala geografis, berskala lebih kecil dari 1:1.000.000, biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kelompok Negara, benua, atau dunia.

3.      Ditinjau dari informasinya
a.       Peta Umum / Peta Ikhtisar, adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang ada dalam suatu daerah.
b.      Peta Khusus / Peta Tematik, yaitu peta yang menggambarkan kenampakan – kenampakan tertentu di permukaan bumi. Contoh: Peta kepadatan penduduk, Peta geologi, Peta air tanah.

             IV.            UNSUR – UNSUR KELENGKAPAN PETA
Syarat –syarat pembuatan peta yang baik dan benar (triks mengingat ACEE)
1.      Arah ,arah dipeta  sama dengan arah sebenarnya di lapangan
2.      Conform, bentuk dipeta sama dengan bentuk sebenarnya di lapangan
3.      Equidistant ,jarak dipeta sama dengan jarak di lapangan
4.      Equivalent ,luas dipeta sama dengan luas sebenarnya di lapangan

Unsure-unsur peta meliputi ;
1.      Judul Peta. Judul peta merupakan pencerminan isi dan tipe peta.
2.      Garis Astronomis ,meliputi garis lintang dan garis bujur.
3.      Inset. Inset menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan pada kedudukannya dengan daerah sekitar yang lebih luas.
4.      Garis tepi peta
5.      Skala Peta. Skala merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya.
6.      Sumber peta. Untuk Negara Indonesia, badan yang memiliki fungsi dan tugas menyediakan peta dasar adalah Bakosurtanal (Badan koordinasi survei dan pemetaan nasional).
7.      Tahun pembuatan
8.      Mata Angin
9.      Simbol Peta. Simbol – simbol pada peta dapat dikelompokkan sebagai berikut. Simbol titik, simbol garis, simbol area.
10.  Warna peta
11.  Legenda  adalah keterangan dari simbol – simbol peta yang digunakan agar lebih mudah dipahami pembaca.
12.  Lettering adalah semua tulisan dan angka – angka yang tertera dalam suatu peta.

Ø  Kegiatan  2 : mencoba
Setelah memahami unsure –unsur peta cobalah  tentukan skala berdasarkan  pengukuran  di lapangan  di buku tugasmu.
                V.            PENGUKURAN PETA
Untuk memperbesar dan memperkecil peta ,dapat di lakukan dengan  cara:
Metode peta,fotografi,camera lucida ,pantograph dan fotokopi.
Membuat Peta Berdasarkan Hasil Pengukuran Jarak dan Arah
a.       Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dapat di lakukan dengan alat yaitu kompas,balok ukur ,meteran dan theodolite.Adapun pengukuran jarak dipeta dapat menggunakan skala dengan mengkonversikan jarak dip eta dengan jarak di lapangan.
Rumus : skala kontur, kontur interval, dan kemiringan lereng
Kontur adalah garis yang menunjukkan ketinggian yang sama, Garis kontur biasanya terdapat pada peta topografi.
Ciri-ciri kontur:
1.               tidak berpotongan
2.               satu garis menunjjukan satu ketinggian
3.               garis kontur rapat = lereng terjal/curam
4.               garis kontur renggang = lereng landai
5.               angak kontur menunjukkan interval (CI)
6.               angka kontur dalam satuan meter
7.               lereng terjal cocok untuk wilayah konservasi/hutan dan PLTA
8.               lereng landai cocok untuk wilayah pemukiman, pertanian, dan jalur pendakian

Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan kenampakan tinggi rendah permukaan bumi. Dalam peta topografi simbol yang sering dijumpai adalah garis kontur yang membedakan jarak antar ketinggian. Kali ini saya akan membahas tentang salah satu cara menghitung derajat kemiringan lereng pada peta topografi.

Jika diketahui di soal terdapat peta topografi sebagai berikut
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxThhFKfJr4c-A1Lh3QHmzDdmtyXRuVfcLrVKpoHFKoOzmw0AHreHLoAc2LYUF6ziUp7BnV2dPqVNfB4VJoVAW69RboUUEzw5vddYG-08rumhYMSfGLocSXiJ_VfOsvNFGrwjWoJj6gXM/s320/gfhgrh.png
Jika jarak x dan y pada peta adalah 5 cm, Berapakah derajat kemiringan lerengnya?
Untuk menjawab soal tersebut ada beberapa tahapan yaitu:
1. Karena belum ada skala peta maka kita cari dulu skalanya dengan rumus Ci (Contour Interval). Ci pada peta adalah 50 m
Ci = 1/2.000 x penyebut skala
50 = 1/2.000 x penyebut skala
penyebut skala = 2.000 x 50
penyebut skala = 100.000
jadi skala peta tersebut adalah 1 : 100.000 m, jadi kalo dalam cm menjadi 1 : 10.000.000 cm
2. Menentukan jarak di sebenarnya antara x dan y
Jarak sebenarnya = skala x jarak peta
Jarak di peta adalah 5 cm berarti 5 x 10.000.000 cm = 50.000.000 cm = 500.000 m

3.Menentukan selisih tempat x dan y
Di peta x = 900 m  y = 800 m, jadi 900 -800 = 100 m

4. Menghitung derajat kemiringan lereng
Kemiringan x-y = beda tinggi x-y/jarak di lapangan x 100
= 100/500.000 x 100
= 0,02 %
5. Membandingkan dengan peta lain yang luasnya sama dan sudah ada skalanya.
      
berapa skala peta 1 …?
P2=d1/d2xP1
P2 =20/2,5 x400.000
    =3.200.000
6. Menghitung  skala peta
Jarak kota D - E adalah 320 km. Jika jarak kota D - E pada peta 8 cm. Tentukan skala peta !
Jawaban
Untuk mencari skala peta, maka gunakan rumus segitiga ajaib seperti di bawah ini.
Rumus untuk menentukan skala peta
Diketahui jarak sebenarnya = 320 km = 32.000.000 cm (jarak harus dirubah menjadi cm)
Jarak pada peta = 8 cm
Ditanyakan skala?
S = JP : JB
S = 8 : 32.000.000
S = 1/4.000.000
Jadi skala peta = 1 : 4.000.000

b.      Pengukuran Arah
1.     
U
 
Penentuan arah dengan model bearing


 




Contoh: Hasil pengukuran besar sudut ß adalah 46°, maka arah B dilihat dari A adalah U 46° T. Artinya arah posisi B dilihat dari A adalah 46° dari arah utara menuju ke timur.
2.      Penentuan arah model azimuth.
Pengukuran arah dengan kompas dimulai dari utara kompas sebagai 0° dan dihitung
searah   jarum  jam sampai 360°.

Contoh: E dilihat dari U, kompas menunjukkan 110° berarti magnetic azimuth E dilihat dari U = 110°
Ø  Kegiatan  3 :Diskusi
Buatlah kelompok yang beranggotakan 4-6 orang,kemudian diskusikan cara menggambar peta dari globe ,presentasikan di depan kelas dan buatlah contohnya.

             VI.            PROYEKSI PETA
Proyeksi peta adalah suatu pemindahan garis paralel dan meridian dari bentuk permukaan yang lengkung /bola pada bidang datar .
Jenis-jenis proyeksi peta :
1.      Menurut bidang proyeksinya
a.       SiLinder /tabung
b.      Conic/ kerucut
c.       Azimuthal/zenithal : orthografik,stereografik,gnomonik
2.      Menurut sifat aslinya
a.       Conform (equal form atau orthomorphic)
b.      Equivalent (equal area)
c.       equiditance
3.      Menurut sumbu simetrinya
a.       Normal
b.      Oblique(miring)
c.       Transversal 


A.    PENGINDERAAN JAUH
             I.      PENGERTIAN PENGINDRAAN JAUH (INDRAJA)
Menurut Lillesand dan Keifer, indraja adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek / wilayah / gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek/ wilayah / gejala yang sedang dikaji.

                II.            KOMPONEN INDRAJA

  1. Sumber Tenaga
Tenaga alamiah adalah sinar matahari, sedangkan tenaga buatan adalah berupa gelombang mikro (dari baterai / blitz dll). Fungsi tenaga tersebut adalah menyinari objek permukaan bumi dan memantulkannya pada sensor.
  1. Atmosfer
Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan, dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu, di dalam indraja terdapat istilah jendela atmosfer, yaitu bagian spectrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi..
  1. Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Interaksi antara tenaga dan objek dapat terlihat pada ronayang dihasilkan. Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan objek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contohnya, batu gamping yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat lebih cerah daripada batu granit yang mempunyai daya pantul rendah.
  1. Sensor
Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.
1) Sensor fotografik merekam objek melalui proses kimiawi yang dapat dipasang pada pesawat udara maupun satelit (menggunakan negatif film). Sensor fotografik itu menghasilkan foto.
2) Sensor elektronik merupakan sensor yang bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetic selanjutnya dapat diproses menjadi data visual atau digital dengan menggunakan computer.
  1. Wahana
Wahana adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data indraja. Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
1) Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian pendaratannya antara 1.000 m dan 9.000 m di atas permukaan bumi.
2) Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m di atas permukaan bumi.
3) Satelit, yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.


  1. Perolehan Data (citra)
Data indraja diperoleh dengan cara manual atau dengan cara numeric (digital). Secara manual dan diperoleh melalui interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat Bantu yang dinamakan steroskop. Steroskop dapat digunakan dengan menggunakan computer.
  1. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen yang penting dalam sistim indraja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan informasi hasil indraja.
Skema Proses Penginderaan Jauh
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkPQ-DgHgspixjmtkd3nSlbrKUXJyA0JVk7kJolE7Ujm3DA8YfDbZl_Oyy7NkeB4ysKxdCOnonfDK1zy_07L6GCkuVRm2csVARU_b_XUb8Qo9FIFqhQ-_JGWYbTlB2uRDqUX3TzWYtuVed/s400/0.png
             III.            CITRA
Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual.
Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra. Data citra dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.
Citra indraja adalah gambaran suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik. Citra dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image)
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan kamera.
Citra foto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan system wahananya.
a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet.
2) Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna biru hingga sebagian warna hijau.
3) Citra foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat demgan menggunakan seluruh spektrum tampak.
4) Citra inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah.
5) Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau.
b. Posisi Sumbu Kamera
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto condong.
1) Citra foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 - 40
2) Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih. Citra foto condong dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Citra foto agak condong, yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada citra foto
b) Citra foto sangat condong, yaitu apabila cakrawala tergambar tergambar pada citra foto.
c. Sudut Liputan Kamera
Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu sudut kecil, sudut normal, sudut lebar, dan sudut sangat lebar.
Table, Jenis Citra Foto Berdasarkan Sudut Liputan
Jenis Kamera
Sudut Liputan
Jenis Foto
Sudut kecil
(narrow angel)
<>0
Sudut kecil
Sudut normal
(normal angel)
600 – 750
Sudut normal/ sudut standar
Sudut lebar
(wide angel)
750 – 1000
Sudut lebar
Sudut sangat lebar
(super-wide angel)
> 1000
Sudut sangat lebar
d. Jenis Kamera
Berdasarkan kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak.
1) Citra foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh karena itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.
2) Citra foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan objek liputan yang sama.

Foto jamak dibuat dengan 3 cara, yaitu sebagai berikut.
a) Multikamera, yaitu menggunakan beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu objek.
b) Kamera multilensa, yaitu satu kamera dengan beberapa lensa.
c) Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.
e. Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu citra foto warna asli (true color) dan citra foto warna semua (false color).
f. Sistem Wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu citra foto udara dan citra foto satelit.
1) Citra foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.
2) Citra foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.
2. Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.
a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu citra inframerahtermal, citra radar, dan citra gelombang mikro.
1) Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunkan spectrum inframerah termal.
2) Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro dan sumber tenaga buatan.
3) Citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro.
b. Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal dan citra multispektral.
1) Citra tungal, yaitu citra yang dibuat dengan dengan menggunakan sensor tunggal.
2) Citra multipektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak.


c. Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra dirgantara dan citra satelit.
1) Citra dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara
2) Citra satelit, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di antariksa.
Citra Foto Dengan Citra Nonfoto
No
Variabel Pembeda
Jenis Citra
Citra Foto
Citra Nonfoto
1
Sensor
Kamera
Nomkamera, atas dasar pemindaian (scaning).
Kamera yang detektornya bukan film
2
Detektor
Film
Pita magnetic, termistor, foto konduktif, foto voltaic, dan sebagainya
3
Proses perekaman
Fotografi/kimiawi
Elektronik
4
Mekanisme Perekaman
Serentak
Parsial
5
Spektrum Elektromagnetik
Tampak dan Perluasannya
Tampak dan perluasannya, termal, serta gelombang mikro.

             IV.            INTERPRETASI CITRA

Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut. Di dalam interpretasi citra terdapat 2 kegiatan utama, yaitu pengenalan benda (objek) dan pemanfaatan informasi.
1. Unsur Interpretasi Citra
a. Rona dan Warna
Rona adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra.
b. Bentuk
Bentuk mencerminkan konfigurasi atau kerangka objek, baik bentuk umum (shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan benda. Contoh pengenalan bentuk objek yang terdapat pada foto adalah sebagai berikut.
1) Stadion olah raga pada umumnya berbentuk lingkaran atau pesegi panjang.
2) Bangunan sekolah pada umumnya terlihat berbentuk seperti huruf I, U, L, atau persegi panjang.
c. Ukuran
Termasuk dalam unsur ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan. Ukuran dapat mencirikan objek sehingga menjadi pembeda dengan objek sejenis yang lain. Contohnya, ukuran rumah pemukiman berbeda dengan kantor atau daerah industri. Ukuran objek yang ada pada foto udara dpat diketahui dengan membandingkan skala foto udara.
Cara menghitung Skala Foto Udara
contoh:
Suatu wilayah daratan akan dibuatan foto udara dengan pesawat terbang. Tinggi pesawat terbang adalah 5.000 mdpl. Daerah yang difoto berada pada ketinggian 400 mdpl. Berapa skala foto udara yang akan dihasilkan apabila menggunaka fokus kamera 250 mm?

skala foto udara =               fokus kamera (f)              
                                      tinggi pesawat (H) - tinggi objek (h)
     250       
                        5.000 - 400
= 250 / 4.600
= 4.600 / 250 (skala = pembagian dibalik)
= 1 : 1.840
jadi, skala foto udara yang dihasilkan adalah 1:1.840
d. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan atau pengulangan rona pada citra. Tekstur dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu halus, sedang, dan kasar. Contohnya, hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.
e. Pola
Pola adalah kecenderungan bentuk suatu objek, misalnya pola aliran sugai, pola permukiman penduduk, dan pola jaringan jalan
f. Bayangan
Bayangan yang berbentuk pada suatu objek sangat dipengaruhi oleh arah datangnya sinar Matahari. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan objek ada di sebelah barat. Dan sebaliknya
g. Situs
Situs adalah tempat kedudukan suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Contohnya, daerah persawahan terdapat di dataran rendah, sedangkan permukiman penduduk biasanya memanjang mengikuti jalan, sungai, atau pantai.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara suatu objek dan objek lain di sekitarnya. Misalnya, perkampungan biasanya dekat dengan jalan dan lahan pekarangan yang ditumbuhi tanaman.
                V.             LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENDAPATKAN DATA INDRAJA:
1. Deteksi
Mendeteksi objek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit
2. Identifikasi
Mengidentifikasi objek berdasarkan :
a. ciri spektral (ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan benda).
b. ciri spasial (ciri yang terkait dengan ruang misal bayangan, bentuk, asosiasi, pola, bentuk dan ukuran).
c. ciri temporal (ciri yang terkait dengan umur obyek dan waktu saat perekaman)


3. Pengenalan
Pengenalan objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada citra berdasarkan pengetahuan tertentu.
4. Analisis
Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek yagn mempunyai cirri-ciri yang sama.
5. Deduksi
Deduksi merupakan pemrosesan citra berdasarkan objek yang terdapat pada citra kea rah yang lebih khusus.
6. Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dan pembatasan (delineasi) dari objek yang terdapat pada citra.
7. Idealisasi
Idealisasi merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.
             VI.            MANFAAT INDRAJA
Tujuan utama indraja adalah merekam objek untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Hingga saat ini indraja semakin banyak dimanfaatkan, antara lain karena alas an-alasan berikut ini.
1.      Citra menggambarkan objek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas, dan sifat gambar yang permanen.
2.      citra tertentu dapat memberi gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan, antara lain karena menyajikan model objek (medan) yang jelas, relative lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi, memungkinkan pengukuran lereng, dan memungkinkan pengukuran volume.
3.      citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah tanah.
4.      citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa, dan pegunungan.
5.      citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.

Ø  Kegiatan  4 : mempraktekan
Gambarlah peta temati curah hujan di daerahmu dan  Siapkan contoh hasil penginderaan jauh   kemudian lakukan interpretasi citra  dan susunlah dalam bentuk makalah.
B.     SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

          I.      PENGERTIAN SIG
Definisi SIG adalah suatu sistem yang bertugas mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan data atau informasi yang berkaitan dengan geografi. Data tersebut memuat data atau fakta permukaan bumi secara lengkap, misalnya keadaan geologi, topografi, jenis tanah, hidrologi, iklim, dan budaya.
Menurut beberapa pakar, ada beberapa pengertian SIG.
·      SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, dan data manusia organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Chrisman:97).
·      SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisis, menyimpan, dan menampilkan baik data spasial maupun nonspasial (Guo:20).
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografis.
                II.            PENGELOLAAN SIG
Cara pengelolaan SIG sebagai suatu sistem pada prinsipnya terdiri atas tiga subsistem.
a.      Subsistem masukan (input subsystem), yaitu pengumpulan data objek material geografi yang mendukung dan dapat dimasukkan dalam topik geografi yang akan diinformasikan.
Data tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk peta, bagan, grafik, atau tabel. Input data SIG diperoleh dari peta, tabel, foto udara, citra satelit, dan hasil survei lapangan.
b.      Subsistem pengolahan dan penyimpanan data (processing and storage subsystem), yaitu penyimpanan data yang memungkinkan untuk dipanggil kembali secara tepat dan akurat.
Adapun data yang diolah atau dikelola ada dua macam, yaitu,
1). Data keruangan atau data grafis atau data spasial,
2). Data deskriptif atau data atribut.

Pengumpulan data dan pengolahan data geografis dilakukan dengan dua cara yaitu
1). Pengindraan jauh berupa foto udara, citra radar, dan citra satelit.
2). Data teristis (pengukuran langsung di medan atau lapangan) yang tidak dapat dipantau dari jauh, misalnya, kepadatan penduduk dan batas wilayah administrasi.
c.       Subsistem penyajian (output subsystem), yaitu penyajian semua data atau sebagian data dalam bentuk tabel, peta file elektronik (digital), dan grafik.

             III.            KOMPONEN-KOMPONEN SIG
Komponen Utama SIG dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1)  Perangkat lunak (Software), misalnya : ARC info, ILWIS, ERDAS SPANAS,dll
2)  Perangkat Keras (Hardware) ,Contoh nya :digitizer ,plotter,printer,CPU,VDU dll
3)   Intelegensi Manusia (Brainware) sebagai pengelola


             IV.            KEUNTUNGAN SIG
Komputerisasi dalam SIG mempunyai keunggulan yaitu :
a. Pengolahan data lebih mudah dan lebih cepat
b. Jika terjadi kesalahan pada saat input data, data tersebut mudah diperbarui.
c. Jika membutuhkan data yang terdahulu, data yang dimaksud mudah dicari.
d. Data lebih aman karena dapat dikunci dengan kode.
e. Penyimpanan data lebih hemat dan ringkas.
f. Mudah dibawa atau dipindahkan, dan
g. Relatif murah
                V.            PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
SIG dapat di manfaatkan di berbagai bidang ,di antaranya yaitu :
a.       Pemetaan Sumber Daya
Sistem Informasi Geografis digunakan untuk :
1) Pemetaan Penggunaan lahan
2) Pemetaan lahan hijau yang sangat diperlukan bagi keberadaan lahan pertanian;
3) Pemetaan daerah pasang surut guna mengetahui apakah daerah ini dapat dikembangkan untuk daerah pertanian atau kepentingan lain;
4) Pemetaan geologi yang digunakan untuk kepentingan eksplorasi dan penanggulangan bencana alam.

b.      pertanian dan Kehutanan
Sisitem Informasi Geografis digunakan untuk :
1) Inventarisasi tanaman pangan, berkaitan dengan informasi luas lahan pertanian dan tanaman pangan, luas lahan yang baik dan yang rusak;
2) Pemantauan perubahan penggunaan lahan;
3) Inventarisasi tanaman perkebunan;
4) Inventarisasi dan pemantauan hutan yang diperlukan untuk perencanaan reboisasi, perluasan hutan, pencegahan terhadap kerusakan hutan atau pengrusakan hutan;
5) Inventarisasi lahan krisis, karena hampir setiap tahun lahan kritis semakin bertambah luas dan kesuburan tanah semakin menurun;
6) Inventarisasi tanaman sagu;

c.       Transmigrasi
Sistem Informasi Geografis digunakan untuk :
1) Pemilihan lokasi transmigrasi agar daerah yang dipilih benar-benar cocok untuk pemukiman para transmigran;
2) Perencanaan waktu pemindahan penduduk yang tepat sesuai dengan keadaan daerah yang akan didatangi;
3) Perencanaan pembuatan jaringan jalan dan irigasi;

d.      Lingkungan Hidup
Sistem Informasi Geografis digunakan untuk :
1) Perencanaan kota yang berkaitan dengan tata ruang;
2) Pemantauan tehadap pencemaran lingkungan hidup;

e.       Pemantauan Bencana Alam
SIG dengan bantuan pengideraan jauh yang multitemporal dan multispektral dapat digunakan untuk menginventarisasi, mengevaluasi dan memantau bencana alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan, dan serangan hama.

f.       Perencanaan dan Pemantauan Daerah Pantai dan Laut
Sistem Informasi Geografis digunakan untuk :
1) Pencarian lokasi ikan laut;
2) Pantaua perubahan garis pantai dan daerah abrasi;
3) Pantauan proses-proses yang terjadi di laut, seperti pengangkatan arus dan intrusi air laut.


Daftar pustaka

Bintarto ,R dan S.Hadisumarno ,1979 .Metode Analisa geografi .Jakarta : LP3ES
Daljoeni.N.1987.Pokok-pokok Geografi Manusia .Bandung :Alumni
AryonoPrihandito (1989) Kartografi Yogyakarta : Mitra Gama Widya
K.Wardiyatmoko dan Prof. H. R. Bintarto, Geografi SMA, Jakarta, Erlangga.
Yusman Hestiyanto. Bianglala Geografi, Bogor, Yudhistira
Yulmadia Yulir. Geografi 1. Jakarta. Bumi Aksara.
Prahasta Eddy (2001). Konsep-KonsepdasarSistemInformasiGeografi. Bandung Informatika





9 komentar: